Candi Borobudur – Berbagai Arsitektur Yang Dimiliki

Candi Borobudur memiliki lebih dari 500 arca Buddha, yang duduk di dalam stupa-stupa kecil yang berlubang.

Candi-Borobudur-Berbagai-Arsitektur-Yang-Dimiliki

Arsitektur Candi Borobudur

Arca-arca Candi Borobudur terletak di tingkat ketujuh hingga kesembilan candi, dan menunjukkan sikap tangan atau mudra yang berbeda-beda, seperti Bhumisparsa, Dhyana, Abhaya, dan Vitarka. Candi ini memiliki tangga di keempat sisinya, yang menghubungkan setiap tingkatnya. Candi Borobudur memiliki lebih dari 2.600 panel relief, yang menggambarkan kisah-kisah dari ajaran Buddha, seperti Lalitawistara, Jataka, Awadana, dan Gandawyuha. Relief-relief ini terukir pada dinding dan pagar langkan candi, dan dapat dibaca dengan berjalan searah jarum jam dari tingkat terendah hingga tertinggi.

Menurut urutan yang terdapat pada bangunan punden berundak yang digabungkan dengan ajaran Budhha, terdapat tiga bagian. Oleh kerena itu, berikut dibawah ini kami akan membahasnya.

Kosmologi Buddha Kamadhatu Candi Borobudur

Kamadhatu adalah salah satu dari tiga alam dalam kosmologi Buddha, yang melambangkan alam keinginan atau nafsu. Kosmologi ini adalah alam terendah, di mana makhluk hidup masih terikat oleh hawa nafsu, ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Kamadhatu terdiri dari enam alam atau gati, yaitu alam neraka, alam hantu lapar, alam binatang, alam manusia, alam asura, dan alam dewa.

Kosmologi ini juga merupakan tingkatan paling bawah dari Candi Borobudur, yang terletak di lantai kedua pada bagian kaki candi. Kamadhatu menggambarkan kehidupan manusia di dunia yang penuh dengan keburukan, nafsu, dan dosa. Kosmologi ini memiliki lebih dari 160 panel relief, yang menceritakan kisah-kisah dari ajaran Buddha, seperti Lalitawistara, Jataka, dan Awadana.

Kamadhatu adalah alam yang harus dihindari dan dilewati oleh umat Buddha, karena alam ini tidak dapat membawa kebahagiaan sejati. Umat Buddha harus berusaha untuk mencapai alam yang lebih tinggi, yaitu Rupadhatu dan Arupadhatu, yang melambangkan alam berbentuk dan alam tanpa bentuk.

Baca Juga : G30S PKI – Sejarah Catatan Kelam Pemberontakan G30S PKI

Kosmologi Buddha Rupadhatu Candi Borobudur

Rupadhatu adalah salah satu dari tiga ranah atau dunia dalam kosmologi Buddha, yang melambangkan alam berbentuk atau alam antara. Kosmologi ini juga merupakan tingkatan tengah dari Candi Borobudur, yang terletak di lantai 3 hingga 7 pada bagian tubuh candi. Rupadhatu menggambarkan proses pencapaian kebuddhaan, dengan mengikuti ajaran-ajaran Buddha yang terukir pada relief-relief candi. Kosmologi ini memiliki lebih dari 2.600 panel relief, yang menceritakan kisah-kisah seperti Lalitawistara, Jataka, Awadana, dan Gandawyuha.

Rupadhatu adalah ranah yang harus diusahakan dan dicapai oleh umat Buddha, karena ranah ini dapat membawa kebijaksanaan dan kedamaian. Umat Buddha harus berusaha untuk mengosongkan pikiran dari keinginan dan kebencian, serta mengembangkan konsentrasi dan meditasi.

Kosmologi Buddha Arupadhatu Candi Borobudur

Arupadhatu adalah salah satu dari tiga ranah atau dunia dalam kosmologi Buddha, yang melambangkan alam tanpa bentuk atau alam tertinggi. kosmologi ini adalah ranah yang dihuni oleh makhluk-makhluk yang sudah bebas dari keinginan duniawi, dan hanya memiliki pikiran murni tanpa materi. Arupadhatu terdiri dari empat alam, yang masing-masing memiliki tingkat kebuddhaan yang paling tinggi, yaitu:

  • Akasanancayatana, yang berarti alam ruang tak terbatas. Di sini, makhluk-makhluk hanya memiliki kesadaran akan ruang yang tak terbatas, tanpa bentuk atau objek lain.
  • Vinnanancayatana, yang berarti alam kesadaran tak terbatas. Di sini, makhluk-makhluk hanya memiliki kesadaran akan kesadaran itu sendiri, tanpa ruang atau objek lain.
  • Akincannayatana, yang berarti alam tidak ada apa-apa. Di sini, makhluk-makhluk tidak memiliki kesadaran akan ruang, objek, atau kesadaran, tetapi hanya ada kekosongan yang tak terdefinisi.
  • Nevasannanasannayatana, yang berarti alam tidak ada persepsi dan tidak ada ketiadaan persepsi. Di sini, makhluk-makhluk berada dalam keadaan yang sangat halus dan samar, yang tidak dapat dikatakan ada atau tidak ada, berpersepsi atau tidak berpersepsi.

Kosmologi ini juga merupakan tingkatan tertinggi dari Candi Borobudur, yang terletak di lantai 8 dan 9 pada bagian atap candi. Kosmologi ini menggambarkan pencapaian kebuddhaan tertinggi, dengan mengosongkan pikiran dari segala bentuk dan keinginan. Arupadhatu tidak memiliki relief, karena tidak ada cerita atau ajaran yang dapat menggambarkan alam ini. Kosmologi ini hanya memiliki stupa-stupa besar yang berlubang, yang melambangkan kekosongan atau sunyata.

Arupadhatu adalah ranah yang merupakan tujuan akhir dari umat Buddha, karena ranah ini dapat membawa kebahagiaan sejati dan kebebasan dari samsara. Umat Buddha harus berusaha untuk mencapai alam ini dengan mengembangkan kebijaksanaan dan meditasi yang tinggi.

10 Tingkatan Bodhosattva Candi Borobudur

Bodhisattva merupakan sepuluh tahap perkembangan spiritual yang dilalui oleh seorang bodhisattva, yakni seorang calon Buddha yang berbakti untuk menyelamatkan semua makhluk hidup dari penderitaan. 10 tingkatan bodhisattva adalah sebagai berikut.

1. Pramudita (kegembiraan)

Pada tingkat ini, bodhisattva merasa gembira karena telah memutuskan untuk mengikuti jalan Buddha dan berusaha untuk mencapai kesempurnaan. Bodhisattva mempraktikkan dana paramita, yaitu kesempurnaan dalam memberi atau bersedekah, baik secara materi maupun non-materi, seperti memberi ilmu, kebijaksanaan, atau welas asih.

2. Vimala (kemurnian)

Pada tingkat ini, bodhisattva membersihkan diri dari segala noda dan halangan yang mengganggu pencapaian kebuddhaan. Bodhisattva mempraktikkan sila paramita, yaitu kesempurnaan dalam menjaga moralitas atau etika, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap makhluk lain.

3. Prabhakari (sangat baik)

Pada tingkat ini, bodhisattva menunjukkan kemampuan yang luar biasa dalam memahami dan mengajarkan dharma, yaitu ajaran Buddha yang sejati. Bodhisattva mempraktikkan kshanti paramita, yaitu kesempurnaan dalam bersabar atau toleran, baik terhadap kesulitan, penderitaan, maupun permusuhan.

4. Arcismati (nyala api)

Pada tingkat ini, bodhisattva bersinar seperti nyala api yang menerangi kegelapan ketidaktahuan. Bodhisattva mempraktikkan virya paramita, yaitu kesempurnaan dalam bersemangat atau berusaha, baik dalam mempelajari, mempraktikkan, maupun menyebarkan dharma.

5. Sudurjaya (sulit dikalahkan)

Pada tingkat ini, bodhisattva menguasai semua meditasi dan konsentrasi yang membantu mencapai kebuddhaan. Bodhisattva mempraktikkan dhyana paramita, yaitu kesempurnaan dalam meditasi atau konsentrasi, baik dalam menenangkan, menyadari, maupun membebaskan pikiran.

6. Abhimukhi (tatap muka)

Pada tingkat ini, bodhisattva berhadapan langsung dengan kebenaran tertinggi, yaitu sunyata, atau ketiadaan esensi tetap dari segala fenomena. Bodhisattva mempraktikkan prajna paramita, yaitu kesempurnaan dalam kebijaksanaan atau pengetahuan, baik tentang hukum sebab akibat, sifat nirwana, maupun cara mencapainya.

7. Durangama (pergi jauh)

Pada tingkat ini, bodhisattva telah melampaui semua alam keberadaan, dan tidak lagi terikat oleh kelahiran dan kematian. Bodhisattva mempraktikkan upaya paramita, yaitu kesempurnaan dalam metode atau keterampilan, baik dalam menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi, makhluk, dan ajaran, maupun dalam menggunakan berbagai sarana untuk menyampaikan dharma.

8. Acala (tidak bergoyang)

Pada tingkat ini, bodhisattva telah mencapai keteguhan dan ketenangan yang tak tergoyahkan, dan tidak lagi terpengaruh oleh godaan atau gangguan. Bodhisattva mempraktikkan pranidhana paramita, yaitu kesempurnaan dalam tekad atau niat, baik dalam mengabdikan diri untuk kebaikan semua makhluk, maupun dalam mewujudkan cita-cita kebuddhaan.

9. Sadhumati (baik hati)

Pada tingkat ini, bodhisattva telah mencapai kebaikan dan kemurahan hati yang tak terbatas, dan mampu memberikan manfaat dan kebahagiaan kepada semua makhluk. Bodhisattva mempraktikkan bala paramita, yaitu kesempurnaan dalam kekuatan atau kemampuan, baik dalam mengatasi segala rintangan, maupun dalam menguasai segala keajaiban.

10. Dharmamegha (awan dharma)

Pada tingkat ini, bodhisattva telah mencapai kesempurnaan tertinggi, dan siap untuk menjadi Buddha yang sempurna. Bodhisattva mempraktikkan jnana paramita, yaitu kesempurnaan dalam pengetahuan atau pencerahan, baik tentang segala aspek dharma, maupun tentang segala aspek kebuddhaan. storyups.com

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *