Sejarah Kerajaan Kutai Martadipura Yang Legendaris

Sejarah Kerajaan Kutai Martadipura adalah kerajaan Hindu tertua yang berdiri pada abad ke-4 atau mungkin lebih awal di daerah Kutai, Kalimantan Timur.

Sejarah-Kerajaan-Kutai-Martadipura-Yang-Legendaris

Ibu kotanya diyakini berada di distrik Muara Kaman yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara. Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan kuno terawal di sejarah Kerajaan Kutai Indonesia.

Pendiri Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai didirikan oleh Kudungga, yang merupakan pendiri pertama kerajaan ini. Namun, penggantinya, Mulawarman dan Aswawarman, telah memeluk agama Hindu. Prasasti Yupa, yang ditemukan, menyebutkan nama-nama raja yang memerintah Kutai, termasuk Kudungga, Mulawarman, dan Aswawarman. Kerajaan Kutai mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Mulawarman. Prasasti Yupa juga menjadi bukti sejarah penting yang menghubungkan Kerajaan Kutai dengan pengaruh Hindu-Buddha karena menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa.

Kerajaan Kutai memiliki letak yang strategis di dekat Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, yang memungkinkan akses ke jalur perdagangan. Kerajaan ini memiliki hubungan baik dengan India melalui jalur perdagangan, yang mempengaruhi budaya Hindu di Kutai. Dalam Kerajaan Kutai memiliki sejarah yang panjang dan merupakan cikal bakal munculnya kerajaan-kerajaan berbasis Hindu-Buddha di Indonesia. Prasasti Yupa menjadi bukti penting yang mengungkap sejarah dan keberadaan Kerajaan Kutai.

Prasasti Yupa juga menyebutkan nama – nama raja yang memerintah Kutai. Berikut adalah 20 daftar nama raja – raja Kutai :

  1. Maharaja Kudungga, bergelar Anumerta Dewawarman (sebagai pendiri)
  2. Maharaja Aswawarman (anak dari Raja Kudungga)
  3. Maharaja Mulawarman (sebagai raja yang terkenal)
  4. Maharaja Marawijaya Warman
  5. Maharaja Gajayana Warman
  6. Maharaja Tungga Warman
  7. Maharaja Jayanaga Warman
  8. Maharaja Nalasinga Warman
  9. Maharaja Gadingga Warman Dewa
  10. Maharaja Indra Warman Dewa
  11. Maharaja Sangga Warman Dewa
  12. Maharaja Candrawarman
  13. Maharaja Sri Langka Dewa
  14. Maharaja Guna Parana Dewa
  15. Maharaja Wijaya Warman
  16. Maharaja Sri Aji Dewa
  17. Maharaja Mulia Putera
  18. Maharaja Nala Pandita
  19. Maharaja Indra Paruta Dewa
  20. Maharaja Dharma Setia

Perkembangan Budaya di Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai memiliki perkembangan budaya yang kaya dan beragam. Berikut adalah beberapa informasi terkait perkembangan budaya di Kerajaan Kutai:

  • Pengaruh Hindu-Buddha: Kerajaan Kutai terpengaruh oleh agama Hindu-Buddha, yang dapat dilihat dari penggunaan bahasa Sanskerta dalam prasasti-prasasti dan pengaruh budaya Hindu-Buddha dalam kehidupan sosial dan keagamaan di Kerajaan Kutai.
  • Kehidupan Politik: Prasasti Yupa memberikan informasi tentang silsilah para pemimpin Kerajaan Kutai, termasuk pendiri Kudungga dan raja-raja lainnya seperti Mulawarman dan Aswawarman. Prasasti ini juga mengungkapkan tentang sistem politik yang ada di Kerajaan Kutai.
  • Kehidupan Sosial: Prasasti Yupa juga memberikan gambaran tentang kehidupan sosial di Kerajaan Kutai. Meskipun informasi terbatas, prasasti ini memberikan petunjuk tentang kehidupan sosial masyarakat Kutai pada masa itu.
  • Kehidupan Ekonomi: Masyarakat Kutai pada masa itu memiliki mata pencaharian sebagai peternak, terutama sapi. Selain itu, mata pencaharian lainnya adalah bertani dan berdagang.
  • Peninggalan Sejarah: Peninggalan sejarah seperti prasasti Yupa dan artefak lainnya menjadi bukti perkembangan budaya di Kerajaan Kutai. Museum Mulawarman di Kalimantan Timur juga menjadi tempat yang penting untuk mempelajari sejarah dan budaya Kerajaan Kutai.

Perkembangan budaya di Kerajaan Kutai terjadi seiring dengan pengaruh agama Hindu-Buddha dan faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi pada masa itu. Peninggalan sejarah seperti prasasti dan artefak menjadi saksi bisu dari perkembangan budaya yang berharga di Kerajaan Kutai.

Masa Kejayaan Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Mulawarman. Raja Mulawarman disebut-sebut memiliki budi pekerti yang baik, kuat, bijaksana, pernah melakukan upacara pengorbanan emas, dan pernah mengadakan upacara persembahan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana yang berada di Waprakecvara. Kerajaan Kutai mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Mulawarman seperti yang tertulis dalam Prasasti Yupa. Pada masa kejayaannya, Kerajaan Kutai memiliki banyak prestasi, termasuk dalam sektor pertanian dan perdagangan karena letaknya yang sangat strategis. Namun, setelah meninggalnya Raja Mulawarman, Kutai mengalami banyak pergantian pemimpin hingga mengalami keruntuhan pada masa pemerintahan Raja Dharma Setia pada abad ke-13 M. Raja Dharma Setia tewas di tangan penguasa Kerajaan Kutai Kertanegara yaitu Pangeran Anum Panji Mandapa. Kerajaan Kutai kemudian runtuh dan beralih ke tangan Kesultanan Kutai yang menganut ajaran Islam pada tahun 1635.

Baca Juga : Sejarah Kerajaan Majapahit, Kerjaan Besar Yang Akhirnya Musnah 

Agama Kerajaan Kutai

Menurut Ceritayoo, Kerajaan Kutai memiliki pengaruh agama Hindu-Buddha pada awalnya. Pendiri Kerajaan Kutai, Kudungga, diduga menganut agama Hindu. Namun, terdapat juga kelompok masyarakat di Kerajaan Kutai yang masih menganut kepercayaan asli mereka.

Pada masa pemerintahan Raja Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami perubahan agama. Raja Mulawarman diketahui telah menganut agama Hindu Namun, pada masa itu juga terjadi perebutan kekuasaan antara Kerajaan Kutai Martapura yang menganut agama Hindu dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang menganut agama Islam. Kerajaan Kutai Kartanegara, yang menganut agama Islam, akhirnya berhasil menguasai Kerajaan Kutai Martapura pada tahun 1635.

Dengan demikian, terdapat perubahan agama dari Hindu menjadi Islam di Kerajaan Kutai. Raja Kutai Kartanegara ke-VI, Adji Mahkota Islam, memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam di Kerajaan Kutai. Setelah perubahan agama ini, Kesultanan Kutai Kartanegara menjadi penganut agama Islam.

Runtuhnya Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai mengalami keruntuhan pada masa pemerintahan Maharaja Dharma Setia. Runtuhnya Kerajaan Kutai terjadi karena terjadi perebutan kekuasaan antara Kerajaan Kutai Martapura yang menganut agama Hindu dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang menganut agama Islam. Pada tahun 1635, Kerajaan Kutai Martapura akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Kutai yang bercorak Islam. Raja terakhir Kerajaan Kutai Martapura adalah Maharaja Dharma Setia, yang diketahui meninggal dunia dalam peperangan melawan raja Kutai Kartanegara ke-13, yaitu Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.

Runtuhnya Kerajaan Kutai Martapura juga ditandai dengan perubahan agama yang dianut oleh penguasa dan penduduknya. Kesultanan Kutai yang menggantikan Kerajaan Kutai Martapura menjadi penganut agama Islam.

Peninggalan Kerajaan Kutai

Peninggalan Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai meninggalkan berbagai peninggalan sejarah yang menjadi bukti keberadaan dan kejayaan kerajaan tersebut. Beberapa peninggalan Kerajaan Kutai yang terkenal antara lain:

  • Prasasti Yupa: Prasasti Yupa adalah salah satu peninggalan terkenal dari Kerajaan Kutai. Prasasti ini terdiri dari tujuh buah batu berbentuk tiang yang bertuliskan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. Prasasti Yupa memberikan informasi penting tentang sejarah, budaya, dan kehidupan sosial pada masa Kerajaan Kutai.
  • Arca: Arca-arca yang ditemukan di wilayah Kerajaan Kutai juga menjadi peninggalan bersejarah. Arca-arca ini mencerminkan pengaruh agama Hindu-Buddha dalam kehidupan masyarakat Kutai pada masa itu.
  • Pedang Sultan Kutai: Pedang Sultan Kutai atau Pedang Kalimantan merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Kutai dari abad ke-13. Pedang ini menjadi bukti keberadaan senjata yang digunakan pada masa Kerajaan Kutai.
  • Ketopong Sultan Kutai: Ketopong Sultan Kutai adalah salah satu peninggalan bersejarah yang merupakan helm perang yang digunakan oleh para sultan Kutai. Ketopong ini mencerminkan kejayaan militer Kerajaan Kutai.
  • Kalung Ciwa: Kalung Ciwa adalah salah satu peninggalan berupa kalung yang memiliki motif dan simbol-simbol agama Hindu. Kalung ini mencerminkan pengaruh agama Hindu dalam kehidupan masyarakat Kutai pada masa itu.
  • Kalung Uncal: Kalung Uncal juga merupakan peninggalan berupa kalung yang memiliki motif dan simbol-simbol agama Hindu. Kalung ini menjadi bukti keberadaan seni ukir dan perhiasan pada masa Kerajaan Kutai.
  • Singgasana Sultan: Singgasana Sultan Kutai adalah peninggalan berupa takhta atau kursi yang digunakan oleh para sultan Kutai. Singgasana ini mencerminkan kekuasaan dan status sosial para penguasa Kerajaan Kutai.

Peninggalan-peninggalan tersebut menjadi bukti sejarah yang berharga tentang keberadaan, kejayaan, dan budaya Kerajaan Kutai. Beberapa peninggalan tersebut dapat ditemukan di Museum Nasional Jakarta dan Museum Mulawarman di Kalimantan Timur Storyups.com.

Similar Posts

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *