Mula dan Sejarah Konflik Israel-Palestina
Mula dan Sejarah Konflik Israel-Palestina – Konflik antara Palestina dan Israel adalah salah satu konflik terpanjang dan paling rumit di dunia.
Berikut adalah asal-usul dan penjelasan singkat tentang konflik tersebut:
Konflik ini bermula dari klaim kedua belah pihak atas tanah yang sama, yaitu wilayah yang dahulu disebut Palestina. Wilayah ini memiliki nilai sejarah, agama, dan politik bagi orang Yahudi dan Arab. Tahun 1917, Inggris yang menguasai Palestina setelah Perang Dunia I, mengeluarkan Deklarasi Balfour yang menjanjikan tanah Palestina sebagai tanah air bagi orang Yahudi. Hal ini menimbulkan kemarahan dan penolakan dari orang Arab Palestina yang sudah tinggal di sana selama berabad-abad.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengusulkan rencana pembagian Palestina menjadi dua negara, yaitu negara Yahudi dan negara Arab, dengan Yerusalem sebagai wilayah internasional. Rencana ini diterima oleh orang Yahudi, tetapi ditolak oleh orang Arab. Pada tahun 1948, orang Yahudi mendeklarasikan kemerdekaan Israel, yang segera diakui oleh banyak negara Barat. Namun, negara-negara Arab tetangga menyerang Israel untuk menggagalkan pembentukan negara tersebut. Perang ini berakhir dengan kemenangan Israel dan pengungsian lebih dari 700.000 orang Palestina dari tanah mereka.
Palestina Terbagi Menjadi Dua Wilayah Mula dan Sejarah Konflik
Sejak itu, konflik terus berlanjut dengan berbagai perang, pemberontakan, negosiasi, dan kekerasan. Beberapa isu utama yang menjadi sumber konflik adalah status Yerusalem, nasib pengungsi Palestina. Pembangunan permukiman Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza, dan hak atas tanah dan sumber daya.
Saat ini, Israel menguasai sebagian besar wilayah bekas Palestina, sementara Palestina terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Tepi Barat yang dikuasai oleh Otoritas Palestina, dan Jalur Gaza yang dikuasai oleh Hamas. Kedua wilayah ini terpisah oleh tembok, pagar, dan pos-pos militer Israel.
Upaya perdamaian antara Palestina dan Israel masih terus dilakukan, tetapi belum mencapai solusi yang adil dan permanen. Konflik ini masih menimbulkan penderitaan, ketidakadilan, dan ketidakamanan bagi kedua belah pihak.
Pembebasan Palestina ( PLO ) Mula dan Sejarah Konflik
1987, orang Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza memulai pemberontakan rakyat melawan pendudukan Israel, yang dikenal sebagai Intifada Pertama. Pemberontakan ini berlangsung hingga tahun 1993, ketika Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menandatangani Deklarasi Prinsip Oslo, yang mengakui hak kedua belah pihak untuk hidup berdampingan dalam damai dan keamanan. Deklarasi ini juga membuka jalan bagi pembentukan Otoritas Palestina, yang diberi kewenangan terbatas atas beberapa wilayah di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
tahun 2000, perundingan damai antara Israel dan Palestina gagal mencapai kesepakatan akhir mengenai isu-isu krusial, seperti status Yerusalem, pengungsi Palestina, dan perbatasan. Pada bulan September, kunjungan pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon ke kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur, yang dianggap suci oleh umat Islam dan Yahudi, memicu kerusuhan dan kekerasan, yang dikenal sebagai Intifada Kedua. Kekerasan ini berlangsung hingga tahun 2005, ketika Israel menarik mundur pasukan dan pemukimnya dari Jalur Gaza, tetapi tetap mengendalikan perbatasan, ruang udara, dan perairan Gaza.
Pada tahun 2006, Hamas, kelompok militan Islam yang menolak pengakuan Israel, memenangkan pemilihan umum Palestina dan membentuk pemerintahan bersama dengan Fatah, faksi utama PLO. Namun, kerjasama ini segera runtuh dan Hamas mengambil alih kendali Jalur Gaza setelah bentrokan bersenjata dengan Fatah pada tahun 2007. Israel dan Mesir kemudian memberlakukan blokade terhadap Jalur Gaza, yang membatasi pergerakan orang dan barang. Israel juga melancarkan beberapa serangan militer terhadap Gaza, yang menewaskan ribuan orang Palestina, sebagian besar adalah warga sipil.
2011, gelombang protes dan revolusi yang dikenal sebagai Musim Semi Arab melanda sebagian besar dunia Arab, termasuk Mesir dan Suriah, yang berdampak pada konflik Israel dan Palestina. Pada tahun 2012, PBB mengakui Palestina sebagai negara pengamat non-anggota, yang meningkatkan status diplomatiknya. Namun, upaya-upaya perdamaian antara Israel dan Palestina tetap mandek, terutama karena masalah permukiman Israel dan perselisihan internal Palestina.
Perjanjian Normalisasi Mula dan Sejarah Konflik
2020, Israel menandatangani perjanjian normalisasi hubungan dengan beberapa negara Arab, seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko, yang dikenal sebagai Kesepakatan Abraham. Perjanjian ini didukung oleh Amerika Serikat, tetapi ditentang oleh Palestina, yang menganggapnya sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan mereka. Perjanjian ini juga tidak menyelesaikan isu-isu utama yang menjadi sumber konflik antara Israel dan Palestina. ceritayoo.
2021, ketegangan meningkat antara Israel dan Palestina, terutama di Yerusalem Timur, di mana Israel berencana untuk menggusur beberapa keluarga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah. Bentrokan meletus antara polisi Israel dan pengunjuk rasa Palestina di sekitar Masjid Al-Aqsa, yang memicu serangan roket dari Hamas ke Israel dan serangan udara dari Israel ke Gaza.
Kekerasan ini menewaskan ratusan orang, sebagian besar adalah warga Palestina, dan menghancurkan banyak infrastruktur dan bangunan di Gaza. Pada tanggal 21 Mei, gencatan senjata disepakati antara Israel dan Hamas, tetapi situasi tetap rapuh dan tidak pasti.
Baca Juga : Kisah Misterius Di Balik Penyayi Genjer-Genjer Yang menghilang
Keadaan Palestina Saat Ini
Keadaan Palestina saat ini masih sangat mengkhawatirkan, karena konflik dengan Israel belum berakhir. Berikut ini adalah beberapa fakta dan informasi terkini tentang situasi di Palestina:
Tanggal 21 Mei 2021, Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata setelah 11 hari pertempuran yang menewaskan lebih dari 250 orang. Sebagian besar adalah warga Palestina di Jalur Gaza. Namun, gencatan senjata ini masih rapuh dan tidak menyelesaikan isu-isu utama yang menjadi sumber konflik, seperti status Yerusalem, pengungsi Palestina, dan perbatasan.
24 November 2023, kondisi di Jalur Gaza relatif tenang, setelah tidak ada lagi jet tempur Israel yang terbang di atas wilayah itu. Namun, warga Gaza masih menghadapi krisis kemanusiaan akibat blokade Israel dan Mesir, yang membatasi pergerakan orang dan barang. Warga Gaza juga mulai kelaparan karena kurangnya pasokan makanan dan terserang penyakit akibat kondisi sanitasi yang buruk.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Pada tanggal 17 November 2023, Israel mengebom rumah sakit al-Shifa di Gaza, yang dituding sebagai markas Hamas. Israel meminta rumah sakit tersebut dikosongkan dan orang-orang harus pindah. Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan masih ada 25 petugas kesehatan dan 291 pasien. Termasuk 32 bayi, di rumah sakit tersebut, yang membutuhkan perawatan medis.
Pada tanggal 19 November 2023, Presiden Palestina Mahmoud Abbas meminta Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Untuk menghentikan agresi Israel dan mengakui hak rakyat Palestina untuk mendirikan negara merdeka. Abbas menyebut serangan Israel sebagai genosida dan pelanggaran hak asasi manusia. Abbas juga menolak perjanjian normalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab, yang dikenal sebagai Kesepakatan Abraham.
Pada tanggal 20 November 2023, ribuan alumni Universitas. Harvard mengancam menghentikan sumbangan ke kampus jika tidak menindak tegas mahasiswa yang menyuarakan dukungan kepada Palestina. Alumni tersebut menganggap sikap mahasiswa tersebut sebagai antisemitisme dan mengancam reputasi universitas. Namun, sejumlah aktivis dan akademisi membela hak mahasiswa untuk berpendapat dan mengecam ancaman alumni tersebut sebagai intimidasi. storyups.com.
One Comment