Ekidna Zaglossus Muncul Setelah Hilang 62 Tahun

Ekidna Zaglossus – Sebuah berita yang menggembirakan bagi dunia konservasi. Ekidna zaglossus, atau ekidna moncong panjang Sir David Attenborough, adalah salah satu spesies mamalia berduri yang hidup di hutan Papua. Spesies ini terakhir dilihat pada tahun 1961, dan selama ini di khawatirkan telah punah.

Ekidna Zaglossus

Namun, pada bulan Juni-Juli 2023, sebuah tim peneliti dari Universitas Oxford di Inggris berhasil menemukan kembali ekidna zaglossus di Pegunungan Cycloop, Papua. Mereka menggunakan kamera tersembunyi untuk memotret hewan tersebut dalam keadaan hidup.

Ini adalah pertama kalinya ekidna zaglossus difoto sejak 1961. Ekidna zaglossus adalah hewan yang unik, karena termasuk dalam kelompok mamalia yang bertelur, bersama dengan platipus. Hewan ini memiliki moncong panjang yang digunakan untuk mencari makanan, seperti cacing dan serangga.

Hewan ini juga memiliki duri di tubuhnya yang berfungsi sebagai pertahanan dari predator. Penemuan kembali ekidna zaglossus menunjukkan bahwa hutan Papua masih memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, dan perlu dilindungi dari ancaman seperti pembalakan liar.

Perambahan lahan, dan perburuan. Ekidna zaglossus juga menjadi simbol dari pentingnya kerjasama antara para ilmuwan, pemerintah, masyarakat adat, dan LSM dalam menjaga kelestarian alam.

Mengenal Hewan Ekidna Yang Langkah

Hewan ekidna adalah salah satu jenis mamalia yang unik, karena mereka termasuk dalam kelompok mamalia yang bertelur, bersama dengan platipus. Hewan ekidna memiliki tubuh yang ditutupi oleh rambut dan duri, moncong yang panjang dan tipis, dan kaki yang pendek dan kuat.

Binatang ekidna hidup di Australia dan Papua Nugini, dan biasanya mencari makanan seperti semut, rayap, dan cacing tanah.

1. Hewan ekidna memiliki lidah yang sangat panjang dan lengket, yang bisa mencapai 18 cm. Lidah ini berguna untuk menjulurkan ke dalam sarang semut atau rayap, dan menangkap mangsanya dengan cepat.

2. Ekidna memiliki kantung di perutnya, tempat mereka menaruh telurnya setelah dibuahi. Telur ekidna berukuran sebesar kelereng, dan akan menetas setelah 10 hari. Anak ekidna akan tinggal di kantung induknya selama 40-50 hari, sampai duri mereka mulai tumbuh.

3. Hewan Ini memiliki suhu tubuh yang rendah, yaitu sekitar 32 derajat Celsius. Mereka juga memiliki metabolisme yang lambat, yang membuat mereka bisa hidup hingga 50 tahun. Hewan ekidna juga bisa tidur selama berbulan-bulan di musim dingin.

4. Selain Itu Hewan ekidna memiliki cakar yang besar dan tajam, yang bisa digunakan untuk menggali tanah, mencari makanan, atau melindungi diri. Hewan ekidna juga bisa menggulungkan tubuhnya menjadi bola, dan menancapkan duri mereka ke musuh yang mengganggu.

5. Moncong yang sensitif, yang bisa mendeteksi getaran dan medan listrik. Hewan ekidna juga memiliki pendengaran yang baik, tetapi penglihatan yang buruk. Hewan ekidna tidak memiliki gigi, tetapi memiliki lempengan yang keras di mulutnya untuk mengunyah makanannya.

Baca Juga : Sejarah Gunung Padang – Rahasia Di Balik Situs Peninggalan Tanah Jawa

Alasan Kenapa Hewan Ekidna Punah

Hewan yang di lindungi satu ini merupakan salah satu jenis hewan yang ingin mendapatkan perlindungan khusus dari pemerintahan. Hal tersebut di lakukan oleh pemerintah. Pasal nya hewan yang satu ini masuk ke dalam jenis hewan yang terancam punah.

Bahkan jika kalian tau hewan yang satu ini masuk ke dalam hewan yang sudah punah. Mengapa hal itu bisa terjadi. Hewan Ekidna di anggap sudah punah atau sudah tidak ada lagi, karena hewan yang satu ini sudah tidak di temukan lagi habitatnya. Hingga 60 tahun terkahir hewan ini benar-benar sudah tak terlihat di alam liar.

Binatang ekidna adalah salah satu jenis mamalia yang unik, karena mereka termasuk dalam kelompok mamalia yang bertelur, bersama dengan platipus. Ekidna memiliki tubuh yang ditutupi oleh rambut dan duri, moncong yang panjang dan tipis, dan kaki yang pendek dan kuat.

Ekidna hidup di Australia dan Papua Nugini, dan biasanya mencari makanan seperti semut, rayap, dan cacing tanah. Hewan ekidna terdiri dari dua genus, yaitu Tachyglossus dan Zaglossus.

Genus Tachyglossus memiliki empat spesies, yaitu ekidna moncong pendek Australia, ekidna moncong pendek Tasmania, ekidna moncong pendek Barat, dan ekidna moncong pendek Timur.

Genus Zaglossus memiliki tiga spesies, yaitu ekidna moncong panjang Sir David Attenborough, ekidna moncong panjang Barat, dan ekidna moncong panjang Timur.

Hewan ekidna dapat punah karena berbagai sebab, seperti:

1. Kehilangan habitat akibat perubahan iklim.

Pembalakan liar, perambahan lahan, dan kebakaran hutan. Hewan ekidna membutuhkan habitat yang luas, sejuk, dan lembap untuk mencari makanan dan berlindung. Jika habitat mereka rusak atau hilang, mereka akan kesulitan bertahan hidup.

2. Perburuan dan perdagangan ilegal

Hewan ekidna menjadi sasaran perburuan dan perdagangan ilegal karena daging, kulit, dan duri mereka. Beberapa orang percaya bahwa daging ekidna memiliki khasiat obat, sementara kulit dan duri mereka dijadikan bahan kerajinan atau perhiasan. Selain itu, hewan ekidna juga diburu oleh anjing, kucing, dan rubah yang dibawa oleh manusia.

3. Penyakit dan parasit

Hewan ekidna rentan terhadap penyakit dan parasit yang dapat mengganggu kesehatan dan reproduksi mereka. Beberapa penyakit dan parasit yang dapat menyerang ekidna adalah jamur, bakteri, virus, cacing, kutu, dan tungau. Penyakit dan parasit ini dapat menular dari hewan lain atau dari lingkungan yang tercemar.

Sejak kehilangan hewan yang satu ini sejak puluhan tahun terakhir. Kabar yang sangat mengembirakan datang dari Papua, sumber ahli mengatakan bahwa hewan yang satu ini terlihat kembali.

Kabar mengemberikan ini sontak langsung tersebar di dalam banyak masyarakat luas, banyak hal yang suka dan sangat senang dengan kabar kemunculan hewan yang satu ini.

Karena hewan ini sudah mulai terlihat kembali, maka harus ada upaya pemerintah dalam melindungi hewan ini, selain itu pemerintah harus memberikan efort yang lebih besar.

Untuk melindungi dan mencegah kepunahan hewan yang satu ini. Maka dari itu di bawah ini kami akan memberikan penjelasan kepada kamu, seperti apa upaya pemerintah dalam membuat hewan ini menjadi semakin terlindungi.

Apa Upaya Pemerintah Dalam Menjaga Habitat Ekidna

Salah satu upaya pemerintah dalam menjaga habitat ekidna adalah melakukan reboisasi atau penanaman kembali hutan yang rusak akibat pembalakan liar, perambahan lahan, dan kebakaran hutan.

Reboisasi bertujuan untuk memulihkan fungsi ekologis hutan, seperti menjaga keseimbangan iklim, mencegah erosi tanah, dan menyediakan sumber makanan dan tempat berlindung bagi ekidna dan hewan lainnya.

Selain itu, pemerintah juga melakukan pengawasan dan penegakan hukum terhadap perusak hutan, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Pemerintah memberikan sanksi berat bagi pelaku pembalakan liar, perburuan dan perdagangan ilegal, serta pencemaran lingkungan.

Pemerintah juga bekerja sama dengan masyarakat adat, LSM, dan negara lain untuk melindungi hutan dan keanekaragaman hayatinya. Jika kamu suka dengan ulasan seperti itu, maka kamu bisa melihat beberapa ulasan seperti ini dengan klik link yang satu ini. storyups.com

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *